Imam Syafi’I ini adalah pendiri dari mahdzab Syafi’i. Imam Syafi’I mempunyai
nama asli Muhammad bin Idris bin Al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-Sa’ib
bin Ubaid bin Abdi Yazid bin Hasyim bin Al-Mutthalib bin Abdulmanaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin
Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Nasabnya bertemu
dengan Rasulullah di Abdul-Manaf.
Beliau lahir pada tahun 150 H di perkampungan Ghozzah di kota ‘Asqalan dan wafat pada tahun 204 H. Beliau lahir dari seorang ibu
yang bernama Fatimah.
Mengajar dan belajar
Fatimah,
Ibunda Imam Syafi’i mengerti betul
tentang pentingnya belajar. Karena itu ia ingin Asy Syafi’i belajar agar tidak
bodoh dan buta huruf.Biaya menjadi kendalanya. Ia tak punya cukup uang untuk menyekolahkan
putranya itu. Akhirnya ia menemui pemilik sekolah (khuttab). Ia berjanji pada
sang pemilik akan membayar seluruh biaya setelah kondisi keuangannya
membaik.Sang pemilik setuju.Namun, pada saat pembelajaran Asy Syafi’i tak
begitu diperhatikan. Namun, ia adalah
laki – laki yang cerdas. Ia selalu menyimak baik – baik setiap pelajaran
yang dijarkan. Sehingga ia hafal di luar kepala semua materi yang dipelajari.
Mengetahui kelebihan yang dimiliki Asy Syafi’i, sang guru memintanya untuk
mengajar anak – anak di khuttab. Hal ini ia lakukan hingga usia 9 tahun.
Asy
Syafi’i mulai menguasai al-Qur’an seawal usia 7 tahun dan hafal kitab
al-Muwaththa’ karya Imam Malik ketika usianya 10 tahun atau 13 tahun. Pada
usianya 15 tahun (dalam riwayat lain 18 tahun), beliau telah mendapat izin
daripada gurunya Muslim bin Khalid az-Zanji rahimahullah untuk berfatwa.
2.
Mahir
dalam Olah Raga Fisik
Selain
cinta dan mahir dalam ilmu pengetahuan, Asy Syafi’i juga menyukai olah raga.
Beliau senang melakukan berbagai permainan seperti lari, menunggang kuda,
memanah atau melempar tombak. Ia sangat mahir melakuakn semula olah raga
tersebut.Dalam melakuakan pelemparan tombak, Ia bisa mengenai 10 sasaran dalam
10 kali lemparan. Luar Biasa bukan?
3.
Penghafal
Al Quran dan hadits
Sewaktu
muda imam sYafi’i gemar menghadiri halaqah – halaqah yang diadakan di Masjidil
Haram.Sang ibu pun juga mendukungnya untuk melakukan hal tersebut.Di halaqah
tersebut ia belajar cara membaca Alquran
dengan tartil disertai maknanya.Dia sangat senang dengan hal yang dilakukannya
itu.Sehingga di sudah banyak menghafal hadits dan hafidz Al Quran di usia muda.
4.
Berkelana
mencari ilmu
Imam
Asy Syafi’i bukanlah orang yang mudah puas dengan ilmu yang dimilkinya. Beliau
selalu ingin memperluas ilmunya. Akhirnya, beliau minta izin gurunya, Imam
Malik. Gurunya mengizinkannya. Pertama kali Ia berkelana menuju Irak. Kemudian
melakukan perjalanan panjang, hingga sampai di Kufah. Disana ia menginap selama
24 hari. Ia tinggal di rumah Muhammad bin Al Ahsan.Di sana dia juga menghadiri
halaqah – halaqah. Di sana ia mencatat semua ilmu fiqih Abu Hanifah yang
diperoleh dari Muhammad Bin Al Hasan dan temannya yang bernama Abi Yusuf.
Dari Irak,
ia menuju ke Persia, Anadhol, Harran kemudian menuju ke Syam. Setelah itu, ia
mengunjungi Ibunya di Mekkah. Setelah itu, beliau kembali ke kufah. Setelah
itu, beliau ke Baghdad dan Utara Irak. Setelah itu, beliau berpindah – pindah
selama 2 tahun.
Selama
berkelana, beliau juga mempelajari ilmu kimia,kedokteran, Fisika, Matematika,
perdagangan, Astronomi, Filsafat, dll. Setelah 2 tahun, beliau kembali ke
Madinah.
Sungguh luar biasa perjuangan beliau
untuk benar – benar menerapkan salah satu kewajiban orang muslim yakni menuntut
ilmu. Bahkan beliau berkelana ke berbagai negeri untuk menambah wawasannya itu.
Dan Sebagai generasi muda muslim, kita
seharusnya meniru semangat beliau untuk selalu menambah ilmu. Dengan begitu
kita bisa menjadi manusia- manusia yang berkualitas yang mampu membawa nama
baik agama dan bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar