Subscribe:

Ads 468x60px

Featured Posts

Kamis, 07 Agustus 2014

Dia Berbeda


“Aku mengenal bukan hanya namanya, tetapi juga secuil kehidupannya”

Pertemuan singkat itu  berawal dari sebuah program pengabdian masyarakat yang aku ikuti pada tanggal 14-18 Juli 2014 lalu. Tepatnya di sebuah desa kecil di Pulau Madura yang menurutku masih tergolong desa tertinggal.  Aku menyebutnyta tertinggal karena, dari sekian banyak desa yang pernah aku kunjungi, desa itulah yang paling unik. Terdapat di pesisir pantai,  tanah berkapur serta kegiatan ekonomi lokal masyarakatnya yang kurang berkembang dengan baik. Dapat dibayangkan bagaimana sulitnya menjalani hidup di daerah tersebut, jika dibandingkan dengan kemudahan hidup di Kota Yogyakarta yang sedang aku jalani saat ini.
Singkat cerita, di hari terakhir pengabdianku bersama teman – teman, aku berkunjung ke salah satu dusun yang kepadatan penduduknya cukup rendah. Tujuan kami adalah rumah salah seorang warga yang akan dijadikan lokasi pembelajaran untuk pelaksanaan program pertanian. 
Sebelum acara dimulai, sambil menunggu kedatangan ibu – ibu, aku melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain di sana. Tetapi pandanganku tak lepas dari salah seorang anak perempuan berbaju merah motif polkadot dengan rambut hitam tergerai sebahu. Dia terlihat sangat antusias dengan acara ini. Berani berkenalan dengan kami tanpa kami minta sebelumnya, bagiku adalah sesuatu keberanian yang luar biasa. Jarang dan bahkan sebelumnya aku belum menemukan anak seperti ini selama empat hari aku tinggal di sana.

Minggu, 25 Mei 2014

Antara Pikiran dan Hati


Ketika pikiran dibaca oleh hati, maka ia tidak akan berbohong.
Apabila hati dibaca oleh pikiran,  mungkin akan terdapat perbedaan.

*antara pikiran dan hati
 berpikir dengan perasaan?
 atau berperasaan berdasarkan pemiikiran?

*antara pikiran dan hati
 terkadang memang sulit bersatu
 namun dalam suatu waktu tertentu, tanpa dimintapun mereka akan menyatu

*antara pikiran dan hati
 mereka diciptakan memang untuk saling melengkapi
 bukan untuk saling mencaci

Rabu, 23 April 2014

For The Second Time



Kalimat indah itu telah engkau ungkapkan beberapa saat lalu. Dalam suasana petang­­­ yang indah disinar temarai sinar matahari. Di tepi danau.
               Hanya ada kita berdua. Dua sosok manusia yang mungkin sedang berbahagia. Dari kejauhan hanya tampak seperti bayangan semu dua insan yang saling bertatap. Langit yang mulai tampak teduh dihiasi sisa senyuman matahari sudah cukup. Sudah cukup untuk menggambarkan betapa tenteram dan bahagianya hatiku saat ini.
          Karena engkau, wahai lelaki calon imam di hidupku kelak, baru saja memperdengarkan kepadaku, “Maukah engkau melengkapi separuh ibadahku???
                Mungkin ini bukan kali pertama aku mendengar kalimat serupa. Lebih tepatnya yang kedua kali. Karena yang pertama telah diucapakan oleh lelaki tampan lain, dan aku dengan berat hati menolaknya. Karenaa......
             Karena aku dengan sabar menunggu kalimat itu terucap dari bibirmu untukku. Aku masih dengan sabar menjaga hatiku untukmu. Aku mencintaimu karena Tuhanku, Tuhanmu, Tuhan kita semua.
                Senyum terindah yang barusan aku lontarkan, aku kira sudah menjawab pertanyaanmu.
Biarlah. Biarlah hamparan air danau itu menjadi saksi  bisu sebuah pra ikrar suci kita berdua. Biarlah dedaunan yang bergoyang itu turut tersenyum atas kebahagiaan kita berdua dan biarkanlah hatiku dan hatimu semakin mendalami arti dari yang namanya cinta.
                “Yaa”, maksudku meyakinkanmu.

Selasa, 27 Agustus 2013

Optimis dan Realistis



Optimis dan Realistis. Itulah satu pelajaran penting yang saya dapat setelah melalui perjalanan panjang untuk dapat tembus seleksi masuk perguruan tinggi skitar 2 bulan yang lalu.
Melalui tulisan ini saya hanya ingin berbagi pengalaman kepada readers tentang pemikiran, strategi dan perjuangan saya untuk dapat masuk perguruan tinggi negeri. J. Check this out..
Hal pertama yang saya lakukan sebelum pendaftaran PTN adalah memikirkan matang – matang tentang jurusan apa yang nantinya akan saya pilih untuk mendaftar PTN. Ternyata tidak mudah lo teman. Dari berbagai sumber yang saya peroleh, tips pertama memilih prodi di PTN adalah kesesuaian prodi dengan passion kita. We have to know what we want. Setelah kita mikir prodi, habis itu pasti mikirin tentang kampus..Waah, pasti bakal puyeng deh. Mikirin grade kampus, grade prodi dll. Belum lagi kalau ada pertentangan prodi dan kampus yang kita inginkan dengan pilihan orangtua. Hmbb.... diskusikan baik- baik dengan mereka yaa... ridho ortu penting loooh J
Kalau saya dulu sih, awalnya kepingin kuliah di salah satu universitas di Yogyakarta. Sebut saja kampus A. Saya katakan hasrat itu kepada ortu. Dan mereka setuju.Namun, sekitar pertengahan bulan januari 2013 lalu, kakak kelas datang ke sekolah saya untuk sosialisasi kampus mereka. Kebetulan, kakak itu kuliah di sebuah universitas di Bandung. Sebut saja kampus B. Tanpa harus berpikir 2 kali, secepat kilat sayapun merubah kampus destinasi saya menjadi kampus B. Secepat kecepatan cahaya pula keyakinan menguat untuk kuliah di sana.