Kalimat indah itu telah engkau ungkapkan beberapa saat lalu. Dalam suasana petang yang indah disinar temarai sinar matahari. Di tepi danau.
Hanya
ada kita berdua. Dua sosok manusia yang mungkin sedang berbahagia. Dari
kejauhan hanya tampak seperti bayangan semu dua insan yang saling bertatap.
Langit yang mulai tampak teduh dihiasi sisa senyuman matahari sudah cukup.
Sudah cukup untuk menggambarkan betapa tenteram dan bahagianya hatiku saat ini.
Karena
engkau, wahai lelaki calon imam di hidupku kelak, baru saja memperdengarkan
kepadaku, “Maukah engkau melengkapi separuh ibadahku??? ”
Mungkin
ini bukan kali pertama aku mendengar kalimat serupa. Lebih tepatnya yang kedua kali.
Karena yang pertama telah diucapakan oleh lelaki tampan lain, dan aku dengan
berat hati menolaknya. Karenaa......
Karena
aku dengan sabar menunggu kalimat itu terucap dari bibirmu untukku. Aku masih
dengan sabar menjaga hatiku untukmu. Aku mencintaimu karena Tuhanku, Tuhanmu,
Tuhan kita semua.
Senyum
terindah yang barusan aku lontarkan, aku kira sudah menjawab pertanyaanmu.
Biarlah. Biarlah hamparan air
danau itu menjadi saksi bisu sebuah pra
ikrar suci kita berdua. Biarlah dedaunan yang bergoyang itu turut tersenyum
atas kebahagiaan kita berdua dan biarkanlah hatiku dan hatimu semakin mendalami
arti dari yang namanya cinta.
“Yaa”,
maksudku meyakinkanmu.
0 komentar:
Posting Komentar